I. PENDAHULUAN
Dalam usaha mengembangkan tanaman hasil-hasil pertanian, dijumpai banyak masalah, diantaranya ialah gangguan hama, penyakit maupun gulma. Gulma adalah salah satu organisme pengganggu tanaman. Berbeda dengan penyakit ataupun hama, maka gulma lebih bersifat permanen karena adanya persaingan. Persaingan yang terjadi antara tumbuhan pengganggu dengan tanaman budidaya umumnya berkisar pada pemanfaatan cahaya, unsur-unsur hara, air, dan juga tempat tumbuh. Oleh karena itu, terdapat perbandingan yang sangat mencolok jika membandingkan kebutuhan unsur hara maupun air antara pertumbuhan satu ton gulma dengan pertumbuhan satu ton tanaman budidaya, maka tanaman gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara maupun air.
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia. Hal ini berarti tumbuhan ini merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu batasan untuk gulma sangatlah luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh pada umumnya sesuai dengan tempat tumbuhnya (Angga, 2009).
Permasalahan gulma yang merupakan masalah yang cukup serius adalah alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanaman perkebunan karet dan kelapa sawit, eceng gondok pada danau dan waduk, ketemas (Euphorbia sp.) pada pertanaman jagung dan pada padi (Anonim, 2009).
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya sangatlah bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga sangat mempengaruhi persediaan pangan dunia (Anonim, 2009).
Pada prinsipnya pengendalian gulma dapat dilakukan secara prefentif, kultur teknis, mekanik dan terpadu. Pengendalian secara kultur tekniks didasarkan padasegi-segi ekologi yang berusaha menciptakan suatu keadaan lingkunagan yang sedemikian rupa sehingga sesuai bagi tumbuhan. Teknik pengendalian gulma secara mekanik ataupun fisik dapat juga dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mencabut gulma sampai kesistem perakarannya, atau dengan memotong atau memangkas gulma (Anonim, 2009).
II. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan dilakukannya praktikum Ilmu Gulma adalah untuk mengidentifikasi gulma yang berada pada tanaman budidaya, menganalisis pengaruh serangan gulma dan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi pada gulma serta mengetahui menghitung teknik kalibrasi dari penggunaan herbisida.
Kegunaan dilakukannya praktikum Ilmu Gulma adalah sebagai sarana pembelajaran bagi praktikan dalam pengenalan serta mengidentifikasi morfologi gulma pada areal pertanaman budidaya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Gulma Pada Lahan Jagung
3.1.2 Hasil Perhitungan Kalibrasi
Diketahui ;
Lebar : 2,4 m (23,70 x 8)
Panjang : 179,6 m
Luas Areal : 431,04 m2
Jumlah Air yang di butuhkan dalam areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air
431,04 m2
= 58 liter/ha.
Takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per
hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pelarut adalah :
Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml
58 liter
= 775 ml herbisida /15 liter air
Luasan 431,04 m2 (6,38 Menit) Maka untuk 1 hektar. Adalah :
Waktu yang Digunakan = 10.000 m2 x 6,38 Menit
431,04 m2
= 148 Menit
3.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar pertumbuhan tanaman budidaya Jagung (Zea mays), terdapat beberapa jenis gulma antara lain ; Elatine Triandra, Cyperus pumicu, Amarantus gracilis. Jenis gulma tersebut masuk dalam jenis gulma berdaun sempit dan berdaun lebar.
Untuk jenis tanaman rumput teki (Cyperus pumicus L.), terlihat morfologi jenis akar serabut tidak terlalu panjang untuk menembus pertanahan sekitar tanaman budidaya cabai. Daun berukuran sempit, serta termasuk tanaman herba.
Gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang; (1) mempunyai lintasan C4, (2) nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang, (3) dari kelompok monocotyledoneae, dan (4) bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll (Anonim, 2008).
Pada hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar pertumbuhan tanaman budidaya Jagung, untuk jenis tanaman bayam liar (Amarantus gracilis), terlihat morfologi untuk bagian akarnya termasuk akar serabut, berdaun berukuran lebar, serta termasuk tanaman herba.
Pada hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar pertumbuhan tanaman budidaya Jagung, untuk jenis tanaman bayam (Amarantus gracilis), terlihat morfologi jenis akar serabut tidak terlalu panjang untuk menembus pertanahan sekitar tanaman budidaya Jagung. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari helaian daunnya lebih dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat, segita, lonjong, membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari golongan ini umumnya bentuk menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya: (1) mempunyai lintasan C3, (2) nervatio (pertulangan daun) menyirip, (3) dari kelompok Dicotyledoneae, dan (4) bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll (Anonim, 2009).
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang. Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa. Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta. Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan (Rukmana, 1999).
Pada perhitugan kalibrasi Langkah-langkah dalam melakukan penyemprotan gulma menggunakan herbisida yaitu penyiapan sprayer dan nozel yang akan digunakan untuk menyemprot gulma di lahan pertanian sesuai kebutuhan, melakukan kalibrasi sprayer yang akan digunakan dengan benar, menetukan kebutuhan formulasi larutan herbisida sesuai luasan areal lahan, dosis dan volume semprotnya, mencampur herbisida dengan pelarutnya sesuai perhitungan dan kebutuhan dalam wadah secara merata dan homogen, memasukkan campuran larutan herbisida ke dalam tangkai sampai penuh sesuai dengan kapasitas tangki, memompa tangki sampai tekanan udara dalam tangki penuh, menyemprot gulma pada lahan dengan mengatur posisi nozel setinggi 30-45 cm di atas permukaan gulma dan arah penyemprotannya searah dengan arah angin, melakukan penyemprotan dengan berjalan secara normal (biasa) pada kecepatan yang konstan, melakukan pemompaan pada sprayer secara teratur (sekali setiap dua langkah) agar tekanan udara dalam tangki tetap penuh, serta melakukan penyemprotan sampai seluruh permukaan tanaman terkena hembusan larutan herbisida secara merata dan seluruh areal yang ditargetkan selesai disemprot.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia. Hal ini berarti tumbuhan ini merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur.
3. Gulma yang terdapat disekitar tanaman budidaya Jagung antara lain tanaman rumput teki (Cyperus pumicus L.), tanaman bayam (Amarantus gracilis), dan jenis Elatine Triandra.
4. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan cara preventif, cara fisik, dengan menggunakan sistem budidaya, cara biologis, cara kimiawi, dan cara terpadu.
4.2 Saran
Sangat diharapkan keseriusan yang lebih dari para praktikan selama berada di lapangan dan juga ketelitian saat menggunakan alat praktikum, hal ini bertujuan agar praktikum yang diinginkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Angga, 2009. Identifikasi Gulma. Http://angga1503.woodpress.com. Diakses pada tanggal 29 Mei 2010
Anonim, 2007. Teki-Tekian. http://www.wordPress.com. Diakses pada Tanggal 29 Mei 2010
______, 2008. Gulma Tanaman (Bab IV). http://www.google.com. Diakses pada Tanggal 29 Mei 2010
______, 2009. Cara Menghitung Kalibrasi. http://www.kreasiciptakonsultan.com. Diakses Pada Tanggal 29 Mei 2010
______, 2009. Morfologi Gulma. http://www.e-dukasi.net. Diakses pada Tanggal 29 Mei 2010
Johny Martin, 2006. Gulma. http://martin.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 29 Mei 2010
Rukmana, R. H. dan Saputra, U. S, 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar