Kamis, 06 Januari 2011

Laporan fisiologi Tumbuhan

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air yang besar jika potensial air di luar sel lebih rendah dibandingkan dengan potensial air di dalam sel, sehingga akan mengakibatkan volume isi sel akan menurun dan tidak akan mampu mengisi seluruh ruang yang telah dibentuk oleh sel tersebut.
Semua jenis tumbuhan yang ada di permukaan bumi sebagian besar memiliki stomata dan dengan adanya stomata ini tumbuhan disebut sebagai produsen bagi mahkluk hidup lainnya karena tumbuhan mampu membuat makanannya sendiri yaitu melalui proses yang terjadi di dalam stomata yang terdapat pada daun. Stomata merupakan mulut daun yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas, tempat berlangsungnya proses metabolisme tumbuhan dan lain-lain.
Imbibisi merupakan proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Imbibisi pada tumbuhan umumnya terjadi pada proses penyerapan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan khususnya air.
Auksin merupakan hormon tumbuh yang terdapat dan di sintesis di dalam tumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan perpanjangan jaringan tumbuhan. Semakin panjang jaringan suatu tanaman maka proses pertumbuhan dari tanaman itu akan semakin cepat, karena laju pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari seberapa cepat laju perpanjangan jaringannya.
Setiap tanaman pada umumnya memiliki daun dan pada tanaman yang memiliki daun akan mengalami proses transpirasi. Transpirasi pada tanaman dapat terjadi pada siang hari ataupun malam hari. Transpirasi pada tanaman yang diletakkan di dalam ruangan dan di luar ruangan akan mengalami perbedaan pada tanaman yang di luar ruangan dengan suhu tinggi akan mengalami transpirasi yang lebih cepat dibandingkan tanaman yang berada di luar ruangan. Transpirasi sangat membantu mempercepat tanaman dalam proses pengangkutan unsur hara dan air (Anonim,2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari diadakannya Praktikum Fisiologi Tumbuhan adalah untuk mengetahui kandungan air pada umbi kentang, mengetahui proses terjadinya transpirasi, imbibisi, proses membuka dan menutupnya stomata, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur kadar klorofil pada daun, dan mengetahui jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tanaman C3 dan C4.
Kegunaan dari Praktikum Fisiologi Tumbuhan adalah agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis larutan yang digunakan dalam pemisahan kadar air kentang, faktor penyebab terjadinya transpirasi dan imbibisi dan jenis-jenis hormon pertumbuhan dan macam-macam pigmen.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kentang
Kingdom Palanteae, Divisi Spermatophyta, Kelas Dicontyledonae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, Spesies Solanum tuberosum L.
Berdasarkan klsifikasi diatas, dikenal pula spesies-spesies kentang lainnya yang merupakan spesies liar, diantaranya Solanum andigenum L., Solanum anglegenum L., Solanum demissum L.). secara garis besarnya kentang dapat dibedakan menjadi 3 golongan sbb:
1. kentang yang berumbi kuning (kulit dan dagingnya), disebut dengan kentang kuning (misalnya Eigenheimer, Patrones, Rapan 106 dan Thung 151 C.)
2. kentang yang bermbi putih (kulit dan dagingnya), disebut dengan kentang putih (misalnya Donatam Radosa dan Sebago)
3. kentang yang berumbi merah (kulitnya) dan berdaging kuning yang biasa disebut kentang merah (misalnya Desiree, Arka, dan Red Pontiac)
Dari ketiga golongan kentang diatas, yang paling digemari adalah kentang kuning (Granola). Hal ini dikarenakan rasanya enak, gurih, dan gempi. Adapun kentang putih dan kentang merah umumnya tidak begitu disenangi karena rasanya yang agak lembek dan sedikit berair. Selain kentang Granola, varietas kentang lainnya yang banyak di tanam di Indonesia adalah kentang Atlantis, Cipanas, dan Segunung (www.id.wikipedia.org/kentang.htm)
Habitus Semak, semusim, tinggi ± 50 cm. Batang : Bulat, bentuk silindris, pucuk berbulu, hijau muda. Daun : Majemuk, bulal telur, berbulu, ujung meruncing, tepi rata, pangkal runcing, panjang 12-15 cm, lebar 6-8 cm, pertulangan menyirip, tiijau. Bunga : Majemuk, bercabang menggarpu, di ujung dan di ketiak daun, kelopak panjang 8,5-15 mm, hijau, keputih-putihan, mahkota pendek, bentuk lonjong, putih, benang sari melekat pada tabung mahkota. Buah : bakal buah 2-6 ruang dengan banyak bakal biji, tangkai putik bentuk jarum, kepala pulik kecil. putih. Biji : Buni, bulat lonjong, kuning kecoklalan, Pipih, bentuk ginjal, kuning. Akar : Tunggang, putih kekuningan
(Tjitrosomo dan Siti Sutarmi, 1987).
2.2 Transpirasi
Transpirasi dipepengruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, Banyak sedikitnya stomata, Bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi: Sinar matahari (Sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata jadi banyak sinar mempercepat transpirasi), temperatur ( pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun), kelembaban udara, angin, keadaan air di dalam tanah (Anonim, 2009).
2.3 Potensial Air
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmose (Retno, 2009).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh empat macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi . potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada hidrostatik atau tekanan angin dalam air (Anonim, 2008).
2.4 Imbibisi
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa. Awal perkembangan di dahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membran sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio. Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal
dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis (Silvia, 2007).
2.5 Turgor
Walaupun tidak ada ketentuan umum tentang mekanisme membukanya stomata, akan tetapi kebanyakan teori menganggap bahwa mekanisme ini melibatkan mekanisme turgor (Pandey dan Sinha, 1983).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan, 1993).
2.6 Stomata
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya (Lukyati, 1999).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan,1993).
2.7 Klorofil
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta (Anonim, 2009)
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009)
2.8 Pigmen-Pigmen Pada Tumbuhan
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009)
2.9 Zat Pengatur Tumbuh
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organic komplek alami yang disintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis. Selain auksin dan sitokinin, gliberelin dan persenyawaan-persenyawaan lain juga ditambahkan dalam kasus-kasus tertentu.

III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ini bertempat di laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Dilaksanakan pada hari kamis mulai Tanggal 5, 12, 19 November dan 3 Desember 2009, pukul 14.00 sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu sebagai berikut botol selai, silet, kertas label,mistar, 2 buah botol aqua besar, kapas, aluminium foil, kertas kuarto, gunting, timbangan Analitik, cawan Petri, mikroskop, gelas objek, gelas penutup, tissue, pipet tetes, gelas ukur, spektrofotometer, sentrifuge, kufet, botol roll, mortal, pastel, kertas saring, jepitan kertas, gelas ukur, sentrifuge, gelas ukur dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum fisiologi tumbuhan adalah umbi kentang, air, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M,0,8 M, 1,0 M, Tanaman Cabai dan air, biji kacang hijau, larutan 4,0 M, 2,0 M, 1,0 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M dan aquades, larutan sukrosa 10%, air, dan daun Rhoeo discolor yang masih segar, alkohol 70 %, daun jagung (Zea mays), daun coklat (Theobroma cacao L.) dan alkohol 70 %, 0,5 ppm caumarin, 7,0 ppm 2,4-D, 0,02 ppm giberalin, 12,5 ppm urea, aqudes, dan kecambah biji kacang hijau.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Mengukur Laju Transpirasi
4.1.1.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan laju transpirasi pada tanaman pepaya dalam ruangan dan di luar ruangan yaitu:
Perlakuan Penimbangan (gr)
I II Selisih Luas daun
Dalam ruangan
Luar ruangan
338,79

316,36

338,79

316,36
0
0
399,28 cm2
356,66 cm2
Keterangan Rumus :
Luas Daun Pepaya di Dalam Ruangan = Berat Replika Daun (g) x Luas Kertas
Berat Kertas Replika
= 2,93 x 636,4 cm2
4,67
= 1864,65
4,67
= 399,28 cm2
Luas Daunpepaya di Luar Ruangan = Berat Replika Daun (g) x Luas Kertas
Berat Kertas Replika

= 2,55 x 636,4 cm2
4,55
= 1622,82
4,55 = 356,66 cm2
4.1.1.2 Pembahasan
Pada pengamatan pertama hasil yang diperoleh pada penimbangan awal botol dalam ruangan selama satu jam sebesar 338,79 dan pada penimbangan ke dua hasil yang diperoleh sama pada hasil penimbangan yang pertama, begitu pula dengan hasil penimbangan awal botol di luar ruangan selama satu jam sebesar 316,38 dan pada penimbangan ke dua hasil penimbangan yang diperoleh sama pada hasil penimbangan yang pertama. Hal ini dikarenakan alat menimbang mengalami gangguan atau kerusakan. Sehingga hasil yang didapatkan nol.
Beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam: Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem, Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu (Anonim, 2008).
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata (Sari, 2009).
Kegiatan transpirasi dipepengruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, Banyak sedikitnya stomata, Bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi: Sinar matahari (Sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata jadi banyak sinar mempercepat transpirasi), temperatur ( pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun), kelembaban udara, angin, keadaan air di dalam tanah (Anonim, 2009).

4.1.2 Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
4.1.2.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Perubahan panjang hipokotil dengan perlakuan larutan IAA.

Perlakuan IAA/ppm Panjang awal Panjang akhir Selisih
(cm)
Kontrol
0.01
0.03
0.05
0.07
0.09 3 cm
3 cm
3 cm
3 cm
3 cm
3 cm 3.14
2.76
3.58
2.86
2.94
3.06 0.14
-0.24
0.58
-0.14
-0.06
0.06
4.1.2.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengenai pengaruh Auksin terhadap pemanjangan jaringan yaitu ada kesalahan dalam pengukuran karana pada dasarnya hormon berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang atau sel, jadi pemanjangan hipokotil seharusnya memanjang bukan sebaliknya.
Hasil yang di peroleh pengamatan ini, panjang awal secara berturut-turut adalah masing-masing 3 cm, panjang akhir yaitu secara berturut-turut 3.14, 2.76, 3.58, 2.86, 2.94, dan 3.06. dan selisihnya secara berturut-turut adalah 0.14, -.24, 0.58, -o.14, -0.06 dan 0.06.
Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman (Anonim, 2009).
Menurut Abdul muchid (2008) Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi oleh musim dan lingkungan. Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auxins, cytokinins, gibberellins, abscisic acid and ethylene. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan molekul aktif yang termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan polyamines seperti putrescine or spermidine.
Auxin adalah zat aktif dalam system perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakkan vegetatif. Pada satu sel auxins dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. beberapa type auxins aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 to 10 mg/L. Cytokinins merangsang pembelahan sel, pertumbuhan tunas, dan mengaktifkan gen serta aktifitas metabolis secara umum.pada saat yang sama cytokinins menghambat pembentukan akar. oleh karenanya cytokinin sangat berguna pada proses kultur jaringan dimana dibutuhkan pertumbuhan yang cepat tanpa pembentukan perakaran. secara umum konsntrasi cytokinin yang digunakan antara 0.1 to 10 mg/L alami yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih dorman. Ada sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum digunakan. Asam Abscisat (ABA) adalah penghambat pertumbuhan merupakan lawan dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah. Secara alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh lingkungan misalnya kekeringan (Anonim, 2009).
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995).
Menurut Anonim (2009) Ethylene merupakan senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini memaksa pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman sering meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati. Konsentrasi Ethylene fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan daun dan kapan mematangkan buah. Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine dan muatan negatif dari phosphat.
Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara ketat. Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia. Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak digunakan untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim (Anonim, 2009).
Auksin Fungsi: Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan.
Cara Kerja: Hormon Auksin menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Anonim, 2009).
Sitokinin Fungsi: Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan.
Cara Kerja: Sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Giberelin Cara Kerja dan Fungsi: Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah. Asam Absisat Cara Kerja dan Fungsi: Menghambat pertumbuhan, merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, mempertahankan dormansi. Gas Etilen Cara Kerja dan Fungsi: Mendorong pematangan, memberikan pengaruh yg berlawanan dengan beberapa pengaruh dari hormon auksin. Mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang, dan bunga. Meristem apikal tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji (Anonim, 2009).


4.1.3 Imbibisi
4.1.3.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan pada praktikum imbibisi maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Pengaruh NaCl Terhadap Biji Kacang Hijau.
Perlakuan Berat awal Berat akhir Selisih Persentase air yang masuk
Air
4.0 M
2.0 M
1.0 M
0.8 M
0.6 M
0.4 M 1.36
1.69
1.55
1.57
1.55
1.48
1.43
3.59
1.87
2.35
2.47
2.25
2.46
2.40 2.21
0.18
0.8
0.9
0.7
0.98
0.97 160.14
10.65
0.51
0.57
0.45
0.66
0.67

4.1.3.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada biji kacang hijau yang direndam dengan menggunakan air selama 2x 24 jam dan larutan NaCl, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan dengan air lebih besar mengalami imbibisi dibanding dengan perlakuan menggunakan larutan NaCl. Pada perlakuan air berat awal 1,38 menjadi 3.59. sedangkan dengan perlakuan larutan NaCl lebih rendah dibanding dengan perlakuan bahan dengan air. Berat awal larutan NaCl berturut-turun yaitu 1.38, 1.69, 1.55, 1.57, 1.55, 1.48, 1.43. dan berat akhir adalah 3.59, 1.87, 2.35, 2.47, 2.25, 2.46, 2.40.
Selisih dapat dihitung dengan mengurai berat akhir dengan berat awal, dan selanjutnya persentase air yang masuk dapat dihitung yaitu selisih dibagi dengan berat awal maka dapatlah persentase air.
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa. Awal perkembangan di dahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membran sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio. Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis (Silvia, 2007).
Pertumbuhan merupakan proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi yang tidak dapat balik ( irreversible ) dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Setiap makhluk hidup (organisma ) dicirikan dengan kemampuannya melakukan pertumbuhan selain bergerak, bereproduksi, iritabilita dan lain-lain. Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan menuju ke kedewasaan atau tingkatan yang lebih sempurna, prosesnya tidak dapat diukur sehingga bersifat kualitatif. Pertumbuhan dan perkembangan terkait erat satu sama lainnya. Pertumbuhan merupakan peningkatan isi sel secara kuantitatif sedangkan perkembangan merupakan perubahan kualitatif dari sel. Jika pertumbuhan memusatkan tinjauan dari adanya perubahan struktur fisik maka perkembangan lebih memusatkan perhatiannya kepada pencapaian kedewasaan (Rohman, 2009).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh
Faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi
(Hildayanti, 2009).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak (Silfia, 2007).

4.1.4 Pengaruh Zpt Terhadap Perkecambahan Biji
4.1.4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan pengaruh zpt terhadap perkecambahan biji maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Persentase Biji Kacang Hijau yang Berkecambah dengan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).
Perlakuan ppm Biji berke
Cambah Jumlah biji yang berkecambah Persentase biji berkecambah
1 2 3 4
Kontrol
O.5 caumarin
7.0 ppm 2.4-D
0.02 giberelin
12.5 urea 25
25
25
25
25 4
5
3
5
5 -
-
-
-
- -
-
-
-
- -
-
-
-
- 6.25%
5%
8.33%
5%
5%

Persentase biji berkecambah (Air) = jumlah biji dikecambahkan x 100%
Jumlah biji berkecambah

a. Kontrol air.

Hari ke 1 = 25 x 100 % = 6.25 %. 4
4

Hari ke 2 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 3 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 4 = 25 x 100 % = 0 %
0

Jadi, jumlah persentase biji yang berkecambah ( 6.25+0+0+0 ) = 8.25 %.

b. 0.5 ppm Caumarin.
Hari ke 1 = 25 x 100 % = 5 %.
5

Hari ke 2 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 3 = 25 x 100 % = 0 %
0

Hari ke 4 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Jadi, jumlah persentase biji yang berkecambah (5+0+0+0 ) = 5 %.


c. 7.0 ppm 2.4 -D

Hari ke 1 = 25 x 100 % = 8.33 %.
3

Hari ke 2 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 3 = 25 x 100 % = 0 %
0

Hari ke 4 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Jadi, jumlah persentase biji yang berkecambah (8.33+0+0+0 ) = 8.33 %.

d. 0.02 Giberelin.
Hari ke 1 = 25 x 100 % = 5 %.
5

Hari ke 2 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 3 = 25 x 100 % = 0 %
0
Hari ke 4 = 25 x 100 % = 0 %.
0
Jadi, jumlah persentase biji yang berkecambah (5+0+0+0 ) = 5 %.

e. 12.5 Urea.

Hari ke 1 = 25 x 100 % = 5 %.
5

Hari ke 2 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Hari ke 3 = 25 x 100 % = 0 %
0

Hari ke 4 = 25 x 100 % = 0 %.
0

Jadi, jumlah persentase biji yang berkecambah (5+0+0+0 ) = 5 %.

4.1.4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengenai pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) terdadap perkecambahan biji yaitu perlakuan dengan larutan konsentrasi 7.0 ppm 2.4-D persentase biji kacang hijau yang berkecambah lebih banyak di bandingkan dengan perlakuan dengan larutan yang lain.
Hasil pengamatan diperoleh persentase biji kacang hijau yang berkecambah secara berturut-turut yaitu 6.25%, 5%, 8.33%, 5%, dan 5%. Jadi zat pengatur tumbuh sangat berperan dalam proses perkecambahan, semakin tinggi konsentrasi larutan ZPT maka persentase biji kacang hijau yang berkecambah semakin banyak. Dari hasil di atas menunjukkan bahwa proses perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan dan potensiair pada zat tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti halnya lingkungan, tetapi juga oleh hormon yang ada didalam tanaman. Hormon bisa mempengaruhi tingkat produktifitas maupun kualitasnya. Tapi apakah hormon itu? Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia. Maka hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman (Anonim, 2009).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik ( Anonim, 2009 ).
Tipe perkecambahan di bedakan menjadi 2 macam yaitu Epigeal atau perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah dan Hipogeal yaitu perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon tetap didalam tanah. Pertumbuhan diakibatkan oleh bermacam-macam faktor antara lain: Suhu, Cahaya, Kelembapan, Nutrien, zat hara, hormon dan gen. Hormon yg mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain yaitu: Auksin. Auksin dpt digunakan dlm memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan yg di sebut dgn partenokarpi. Macam2 auksin yaitu: Rizokalin=memacu pertumbuhan akar, Kaulokalin=memacu pertumbuhan batang, Filokalin=memacu pertumbuhan daun, dan Antokalin=memacu pertumbuhan bunga. ( Wikipedia, 2009).
Kalau kita berbicara mengenai ZPT, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dinamakan hormon tanaman. Hal ini sangat penting karena sering terjadi kerancuan pengertian di masyarakat antara ZPT dengan hormon tanaman. Hormon berasal dari kata Yunani yaitu hormon yang berarti menggiatkan, merangsang, membangkitkan timbulnya suatu aktivitas. Menurut Moore (1979) hormon adalah suatu zat /senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, aktif dalam jumlah yang sangat kecil, disintesa pada bagian tertentu tanaman kemudian diangkut ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan pengaruh khusus secara biokimia. Yang dimaksud hormon disini adalah Auxin, Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA. Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak (Anonim, 2009)
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti Abscisic Acid Insensitive 3 (ABI3), Fusca 3 (FUS3), dan Leafy Cotyledon 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti Gibberelic Acid 1 (ga1), Ga2, Ga3, Gai, Era1, Pkl, Spy, dan Sly. Diketahui pula bahwa dSalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA. Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah (Fiona Angelina, 2009 ).
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak. (Ali baziad, 2009)
4.1.5 Mengukur Kadar Klorofil Dengan Spektrofotometer
4.1.5.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan dalam praktikum fisiologi tumbuhan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Pengukuran Jumlah Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer pada Daun Jagung (Zea mays).

No Daun 665 645 Jumlah klorofil A Jumlah klorofil B
1
2 Jagung tua
Jagung muda 1.860
1.717 1.224
0.910 18.43176
18.2813. 45.7152
10.4288
Jagung tua (Zea mays)
Klorofil A = 13.7 x OD 665 ¬¬- 5.76 x OD 649
= 13.7 x 1.860 - 5.76 x 1.224
= 25.482 - 7.05024
= 18.43176.
Klorofil B = 25.8 x OD 649 – 7.6 x OD 665
= 25.8 x 1.224 – 7.6 x 1.860
= 31.5792 – 14.136
= 45.7152.
Total klorofil jagung tua A + B adalah = 18.43176 + 45.7152 = 64.14696.
Jagung muda (Zea mays).
Klorofil A = 13.7 x OD 665 ¬¬- 5.76 x OD 649
= 13.7 x 1.717 - 5.76 x 0.910
= 23.5229 – 5.2416
= 18.2813.
Klorofil B = 25.8 x OD 649 – 7.6 x OD 665
= 25.8 x 0.910 – 7.6 x 1.717
= 23.478 – 13.0492
= 10.4288.
Total klorofil jagung muda A + B adalah 18.2813 + 10.4288 = 28.7101.
4.1.5.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Mengukur Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer diketahui bahwa kandungan klorofil pada daun jagung tua lebih besar dibandingkan dengan pada jagung daun muda. Kandungan klorofil A + B pada daun tua adalah 64.14696 sedangkan kandungan klorofil A + B pada daun muda adalah 28.7101.
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil total berkisar 86,2 nm, sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya adalah 22, 99 nm. Ternyata, semakin hijau daun maka kandungan klorofilnya semakin tinggi (Anonim, 2009).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya dan kemudian cahaya
tersebut akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis (Anonim, 2009).
Pembentukan klorofil seperti halnya pembentukan pigmen-pigmen lain yaitu dibawa oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom, jika gen ini tidak ada maka tanaman tampak putih belaka. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b). Klorofil dapat dibentuk dengan tiada memerlukan cahaya. Terlalu banyak sinar matahari sangat berpengaruh buruk terhadap klorofil. Oleh karena itu, tanaman juga memerlukan unsur-unsur seperti Mn, Cu, Zn untuk dapat menghasilkan klorofil yang tahan terhadap radiasi sinar matahari (Anonim, 2009).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO¬¬¬¬¬¬¬¬2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Anonim, 2009).
4.1.6 Pemisahan Pigmen Fotosintetik Dengan Kromatografi Kertas
4.1.6.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan praktikum fisiologi tumbuhan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Pigmen yang Tampak pada Kromatografi Kertas
No Jenis Daun Pigmen yang tampak Jenis pigmen
1 Kakao muda Kuning Karotenoid
2 Kakao tua Hijau Antoxianin
3 Nanas muda Kuning Karotenoid
4 Nanas tua Kuning Karotenoid

4.1.6.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Pemisahan Pigmen Fotosintetik dengan Kromatografi Kertas diketehui bahwa daun kakao muda mengandung pigmen jenis karotenoid karena memperlihatkan warna kuning yang dominan pada kertas. Sedangkan pada daun kakao tua mengandung pigmen jenis antoxianin karena memperlihatkan warna hijau yang dominan pada kertas. Namun pada daun nanas baik yang muda maupun yang tua sama-sama menampakkan warna kuning yang lebih dominan sehingga dapat diketahui kalau daun nenas mengandung jenis pigmen karotenoid.
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Proses secara fisik sangatlah berbeda dengan fluoresent, phosphorescence dan bentuk lain dari luminescence, yang mana materi tersebut dapat mengeluarkan cahaya dengan sendirinya. Berkebalikan dengan teori warna cahaya, di dalam teori pigmen sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen (Anonim, 2009).
Selain menghasilkan metabolit primer, tumbuhan juga menghasilkan metabolit sekunder. Metabolit sekunder dapat berupa zat bioaktif dan pigmen. Pigmen merupakan molekul khusus yang dapat memunculkan warna. Pigmen mampu menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada panjang gelombang tertentu. Molekul pigmen yang berbeda akan memantulkan warna tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan reaksi kimia yang berbeda. Zat warna alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan dan warna alami ini meliputi pigmen yang terdapat dalam bahan atau terbentuk pada proses pemanasan, penyimpanan atau pemprosesan. Aman dan tak berefek samping jika dikonsumsi, seperti klorofil, karotenoid, antosianin, brazilein, tanin dan lain-lain. Zat warna atau pigmen terdapat secara alami dalam sel makhluk hidup terutama tumbuhan. Pigmen biasanya terdapat dalam vakuola atau organel tertentu dalam sel tumbuhan (Anonim, 2009).
Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease (Anonim, 2009).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya dan kemudian cahaya tersebut akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009).

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Fisiologi Tumbuhan Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Transpirasi merupakan proses penguapan air dari dalam tubuh tanaman, yang terjadi pada tanaman.

2. Proses terjadinya transpirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara dan lainnya.

3. Pada tanaman yang diletakkan di luar ruangan lebih cepat mengalami transpirasi dibandingkan dengan tanaman yang berada di dalam ruangan.

4. Hormon merupakan perangsang tumbuhan umtuk perkembangan dan pertumbuhan batang atau sel.

5. Keberhasilan suatu pengamatan tergantung dari ketelitian orang yang melakukan pengamatan.

6. Hormon terdiri dari auxins, cytokinins, gibberellin dan sebagainya.

7. Pada proses imbibisi yang terjadi pada biji kacang hijau, perlakuan air lebih cepat dibanding dengan perlakuan dengan larutan NaCl.

8. Air merupakan bahan yang sangat penting dalam proses imbibisi.

9. Imbibisi merupakan awal dari proses perkecambahan.

10. Biji yang tidak tumbuh pada caumarin dikarenakan karena caumarin lebih cepat menguap sehingga mediamenjadi kering dan biji tidak tumbuh.

11. Zat pengatur tumbuh sangat berperan dalam proses perkecambahan kacang hijau.

12. Proses perkecambahan yang diamati membesarnaya biji karena adanya tahap imbibisi menyerap air dari lingkungan sekitarnya, baik dalam tanah maupun udara.

13. Air juga berperan dalam proses perkecambahan.
14. Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil total berkisar 86,2 nm, sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya adalah 22, 99 nm.

15. Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya.

16. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b).

17. Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata.

18. Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, antoxantin, flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease.

19. Pigmen antoxianin merupakan pimen bewarna hijau dan pigmen karotenoid merupakan pigmen berwarna kuning.

5.2 Saran
Diharapkan kepada masing-masing kelompok praktikkan agar membawa bahan yang lengkap agar praktek dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar